MENYOAL ETOS KERJA GURU
|
Oleh: Eni Suryanita, M.Pd *)
Manusia adalah makhluk pencari kerja. Apapun level dan profesinya, pekerjaan adalah bagian dari tuntutan untuk mempertahankan kehidupan. Hampir disetiap sudut kehidupan, kita akan menyaksikan begitu banyak orang yang bekerja, semuanya melakukan aktivitas. Tetapi tidak semua aktivitas manusia dapat dikategorikan sebagai bentuk pekerjaan, karena didalam makna pekerjaan terkandung dua aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu : Pertama, aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan sekedar mencari uang, tetapi ingin mengaktualisasikannya secara optimal dan memiliki nilai transendental yang sangat luhur. Baginya bekerja itu adalah ibadah. Kedua, apa yang dia lakukan tersebut dilakukan karena kesengajaan, sesuatu yang direncanakan. Maka didalamnya terkandung suatu gairah, semangat untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasaan dan manfaat.
Pekerjaan guru adalah bentuk pekerjaan yang semestinya mengandung kedua aspek diatas, tanpa hal tersebut dapat dikatakan pekerjaannya tidak bermakna. Guru merupakan jabatan profeional.”Seorang profesional bekerja adalah merupakan panggilan jiwa suci, tanggung jaawab keilmuan dan tanggung jawab sosial” (Hendry). Maka seorang guru tidak akan terpanggil untuk mengajar dikelas kalau tidak karena tanggung jawab profesionalnya. Karena guru adalah jabatan profesional maka guru adalah anggota organisasi profesi, untuk itu dalam melaksanakan pekerjaannya harus mengacu kepada aturan organisasi profesinya yaitu kode etik guru.
Apakah dalam melaksanakan tugasnya para guru kita sudah sesuai dengan aturan organisasi profesinya ?, Sudahkah kedua aspek diatas dimiliki para guru yang sedang mendapat tantangan mengenai rendahnya mutu pendidikan saat ini ?. Apabila sudah, hal ini tentu merupakan kontribusi bagi resolusi konflik rendahnya mutu pendidikan, namun jika belum kiranya langkah yang bijak untuk segera updating kedua aspek tersebut.
Dalam setiap usaha pembaruan pendidikan, guru akan selalu terlibat. Tujuan baru pendidikan, perubahan kurikulum dan teknik mengajar, buku dan alat pelajaran, serta teknologi pendidikan modern, semuanya adalah saran dan aspirasi yang sebenarnya ditujukan kepada guru, karena semangat baru pendidikan tidak lepas dari semangat mereka yang melaksanakan kegiatan pendidikan (guru). Para perancang pembaruan pendidikan dapat membangun gedung baru, kurikulum, metode mengajar, dan buku pelajaran baru, fasilitas fisik, serta alat perlengkapan yang modern dan serba lengkap, tetapi semua itu akhirnya bergantung pada guru yang diberi kewajiban untuk menerapkannya. Jelaslah mutu pendidikan bergantung pada mutu personil pengajar (The man behind the gun).
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Maka guru yang berkualitas dapat memperbanyak beberapa kali kemungkinan berhasilnya pendidikan yang berkualitas pula. Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari keterpanggilan hati. Kualitas adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi guru yang memiliki etos kerja. Kualitas adalah yang secara konsekuen menapaki jalan yang lurus.
Dalam dunia usaha misalnya, jalan yang lurus tidak lain adalah seluruh komitmen yang dijabarkannya dalam standard of procedure serta seluruh komitmen dirinya dengan perusahaan. Salah satu kata kunci dari kualitas tersebut terletak pada setiap individu dari perusahaan tersebut pun harus memiliki kualitas. Setiap karyawan yang memiliki etos kerja tidak akan mengabaikan begitu saja seluruh prosedur yang ada karena setiap kalimat dari prosedur merupakan hasil dari buah pemikiran dan kesepakatan. Mereka yakin bila prosesnya berkualitas niscaya akan berakhir dengan hasil yang berkualitas pula.
Etos bukan sekedar bergerak atau bekerja, melainkan kepribadian yang bermuatan moral dan menjadikan landasan moralnya tersebut sebagai cara dirinya mengisi dan menggapai makna hidup yang diridhai-Nya, menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sehingga etos kerja guru berkaitan dengan semangat, kejujuran, dan kepiawaian dalam profesi guru.
Guru yang berkualitas adalah guru yang selalu meningkatkan tiga potensi dirinya, yaitu mengasah mata pikirannya (head), melatih ketabahan dan ketajaman intuisinya (heart), dan membuktikannya dengan keterampilan (hand) serta meningkatkan satu sikap yang mutlak diperlukan, yaitu hard working.
Kualitas berpikir (quality of your head) berarti kemampuan untuk mengorganisasi seluruh unsur yang ada dilingkungan kita dengan mendayagunakan informasi yang tersedia atau lambang yang berarti. Kemampuan untuk menggambarkan sesuatu dalam bentuk yang abstrak, konseptual, yang kemudian memberikan kemampuan pada dirinya untuk mengambil keputusan, memecahkan persoalan-persoalan, bahkan berpikir secara kreatif dan inovatif.
Kualitas hati (quality of your heart) berkaitan dengan kualitas moral seseorang atau dikenal dengan istilah Spiritual intelligent, atau dapat disebut kecerdasan ruhaniah, yaitu tanggung jawab atas dasar rasa cinta kepada Illahi. Kualitas moral akan lebih menggetarkan hati bila dimulai dari prinsip-prinsip dasar atau keyakinan seseorang.
Dalam etos kerja ada semacam kandungan “spirit” atau semangat yang menyala untuk mengubah sesuatu menjadi lebih bermakna. Seorang guru yang memiliki etos kerja tidak mungkin dengan sengaja atau mencari-cari alasan akan membiarkan dirinya melakukan penyimpangan (deviation) dari kode etik pekerjaannya. Etos kerja seorang guru berkaitan erat dengan harapan serta cara dirinya memberikan makna terhadap pekerjaan itu sendiri. Mereka dapat bertahan dan berprestasi dalam pekerjaannya bila mereka memandang pekerjaannya bukan sebagai beban, tetapi keterpanggilan, sebuah hobi yang menyebabkan tidak terasa ada beban.
Fenomena yang sangat memprihatinkan dalam dunia pendidikan kita saat ini, rendahnya mutu pendidikan kian marak jadi bahan pembicaraan berbagai kalangan. Walaupun berbagai faktor penyebabnya namun peningkatan etos kerja guru merupakan bagian terpenting bagi perbaikan mutu pendidikan. Apabila tidak segera ditangani kiranya masalah yang telah lama menyelimuti rendahnya mutu pendidikan ini akan menjadi penyakit yang kronis dan susah disembuhkan.
Sementara ini pelatihan-pelatihan moral terhadap guru masih kebanyakan bersifat umum sehingga lebih banyak menekankan kepada falsafah yang bersifat umum pula. Sedangkan kebutuhan yang paling mendasar bagi para pendidik (guru) saat ini bukan hanya berkaitan dengan keterampilan (quality of your hand), pengetahuan (qualiy of your head), tetapi juga ketajaman nilai-nilai moral. Maka pelatihan-pelatihan yang diasah berdasarkan nilai-nilai religius baik secara kuantitas maupun kualitasnya perlu ditingkatkan sehingga melekat suatu pandangan pada setiap guru bahwa pekerjaannya merupakan keterpanggilan, sebuah hobi yang menyebabkan tidak terasa ada beban. Satu pepatah mengatakan “alah bisa karena biasa”.
Wah bu tulisannya hebat....etos kerja bisa baik dan sempurna manakala ada keikhlasan pada diri pekerja itu...kerja itu adalah ibadah...itu tambahannya bu!
BalasHapus