Pernahkah Anda mengalami
dikhianati seseorang hingga tidak bisa melupakan dan memaafkannya, hingga masalahnya
terus menghantui setiap hari dan tidak bisa lepas dari kepala serta hati Anda ?.
Sungguh, ini akan menjadi beban yang berkepanjangan…karena setiap hari Anda mengalami
mimpi buruk tentangnya.
Kita
menjadi sulit memaafkan karena kita kadang tidak bisa menerima perlakuan orang
lain yang tidak kita kehendaki terjadi pada diri kita. mungkin tidak siap kalau
teman yang begitu baik bisa mengkhianati. Di pikiran pun hal itu mungkin tidak
pernah terpikirkan. Harapan kita terhadap diri teman ini begitu tinggi sampai kita
lupa kalau manusia bisa saja melakukan kesalahan dan khilaf. Kita merasa
tidak pantas diperlakukan begitu.Berbeda kalau Kita memandang
teman Kita ini sebagai orang yang bisa saja mengecewakan Kita dan merasa itu
bagian dari kondisi manusiawi. Banyak orang yang bisa memaafkan tetapi sulit
melupakan. Hal ini dikarenakan orang tersebut tidak mau melepas.
Let Go.
Lepaskan dan jalani kehidupan seperti apa adanya.
Jangan bebankan pikiran kita
untuk memikirkan hal yang tidak bisa lagi kita perbaiki. Masa lalu adalah masa
lalu, dia bisa menjadi pelajaran buat kita
menghadapi masa depan. Kalau Kita
menyanyangi diri kita sendiri, maka Kita harus melepaskan perasaan terluka
karena dikhianati teman itu.
Bercerita kepada orang lain
yang tepat memang bisa membantu mendapatkan perspektif berbeda tentang keadaan kita,
mungkin mereka bisa menasehati dan mengingatkan Kita untuk memaafkan dan
melupakan. Tetapi semuanya berpulang kepada Diri sendiri, apakah Kita mau terus
menderita karena tidak mau melepaskan, atau mau menatap masa depan dengan lebih
baik karena mau melepaskan perasaan sakit hati itu.
Tiga langkah memaafkan dengan hati
Setiap
orang pasti pernah merasakan sakit hati. Lantas, apa yang Anda lakukan selanjutnya?
Terpuruk, atau membalas dendam?
Sesakit apapun diri Anda,
sebaiknya jangan pernah untuk berpikir balas dendam. Pada awalnya pasti akan
terasa sangat menyakitkan dan menimbulkan kemarahan, sebelum akhirnya Anda
mampu memaafkan. Namun, memaafkan akan lebih baik dibandingkan dengan balas dendam.
Balas dendam justru membuat kita menjadi orang yang buruk, bahkan sama seperti
orang yang menyakiti kita. Tak hanya itu, penelitian menunjukkan bahwa balas
dendam bisa meningkatkan stres dan merusak kesehatan.
"Ketika kita dipukul, secara refleks biasanya kita langsung membalas.
Namun, hal inilah yang ujungnya akan menimbulkan perkelahian, bahkan
perang," ungkap Judith Orloff, penulis buku Emotional Freedom: Liberate Yourself From Negative
Emotions and Transform Your Life.
Namun agar pribadi kita
berkembang, kita harus menahan nafsu untuk membalas dendam, dan berusaha untuk
memperbaiki kesalahan dengan cara yang lebih positif. Yakini bahwa segala
perbuatan kita pasti akan ada balasannya suatu saat. Gunakan energi Anda bukan
untuk membalas perbuatan orang yang menyakiti Anda, melainkan untuk melakukan
hal-hal yang membahagiakan Anda. Seorang pendendam tidak akan mendapatkan
kekuasaan dan kebahagiaan apapun, karena pikiran untuk membalas dendam akan
terus mengusik kedamaian pikiran Anda.
Ketika Anda mencoba memaafkan, Anda akan menyadari bahwa bagian tersulit dari
memaafkan adalah memaafkan sang pelaku, dan bukan perbuatannya. "Memaafkan
mengacu pada si pelaku, dan bukan hanya perbuatannya. Seringkali mudah
memaafkan perbuatannya, namun kita sendiri masih benci dengan si pelaku,"
tambah Judith.
Selain itu, akan sangat sulit
bagi kita ketika kita membiarkan mereka pergi dengan segudang
"kemenangan" karena berhasil menyakiti kita. Memaafkan perbuatan
seseorang yang buruk harus dilakukan, namun tetaplah pada pendirian Anda jika
Anda tahu itu benar.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memaafkan si pelaku dan
perbuatan yang dilakukannya. "Untuk bisa memaafkan, jadilah lebih hebat
dibanding rasa marah Anda. Cobalah untuk mengontrol kemarahan dan mulailah
untuk memaafkan," tambahnya.
Beribadah.
Mulailah untuk melakukan berbagai aktivitas rohani ketika sedang merasa marah.
Dengan beribadah, hati Anda akan lebih tenang dan justru bisa mendapatkan
pengampunan. Setelah itu, Anda bisa melanjutkan kembali perjuangan Anda untuk
tantangan selanjutnya.
Curhat.
Ceritakan pada sahabat, terapis, ataupun orang yang dekat dengan Anda tentang
hal yang dialami. Dengan demikian, kemarahan Anda bisa keluar dan perasaan
menjadi lega. "Selain itu, menulis dalam sebuah jurnal atau diary bisa melegakan perasaan Anda,"
ujar Judith.
Memaafkan.
Lihatlah orang yang membuat Anda marah, dengan kepala dingin. Kemudian tanyalah
pada diri Anda sendiri, "Apa kekurangan saya yang membuat dia marah?"
Hal ini sebenarnya bukan kalimat kekalahan, tapi justru sebagai cara memaafkan
orang yang sudah menyakiti kita. Terlebih kita juga bisa introspeksi diri kita
sendiri agar menjadi orang yang lebih baik.
Lebih sehat berkat memaafkan
Tidak mudah memang
mengucapkan kata maaf. Tetapi menyimpan dendam dan amarah sesungguhnya tidak
membahagiakan. Dengan memaafkan, kita mengundang bahagia dan melindungi diri
dari penyakit.
Peneliti dari Universitas California, San Diego,
AS, menjelaskan, ketika kita berhasil memaafkan orang yang menyakiti kita,
tekanan darah akan turun. Dalam jangka panjang, tekanan darah yang normal akan
melindungi kita dari penyakit jantung dan stroke. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 200
partisipan. Mereka diminta memikirkan suatu waktu ketika sahabat mereka
menghianati. Separuh partisipan diminta memikirkan bagiamana hal itu memicu
rasa marah, dan sisanya didorong untuk memaafkan. Kemudian setelah diberi pengalih pikiran selama
lima menit lalu mereka boleh memikirkan kembali peristiwa penghianatan tersebut
dengan cara masing-masing.
Dr.Birtta Larsen, yang memimpin penelitian itu,
menemukan kelompok yang marah mengalami kenaikan tekanan darah pada sesi
pertama. Efeknya tetap terlihat meski mereka sudah diberi pengalih untuk lebih
tenang. "Memaafkan bisa menurunkan reaktivitas stres,
bahkan melindungi tubuh dari dampak stres tersebut," tulis para peneliti
dalam Journal of Biobehavioural Medicine. Kenaikan tekanan darah dalam jangka pendek memang
tidak berbahaya. Namun dalam jangka panjang hal itu akan meningkatkan risiko
serangan jantung dan stroke.
Semoga Anda
bisa memilih yang terbaik.
Salam
Sehat Jiwa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar