Menemukan Keadaan Dalam Keadaan Terburuk Sekalipun
Oleh: Eni Suryanita, M. Pd.
Dikutip dari: Binham dalam Cafe Motivasi
Hidup
itu tidak selamanya lurus, terkadang ada juga yang namanya
tikungan-tikungan tajam yang membuat kita tersungkur jatuh tak berdaya.
Dalam ketidakberdayaan itu ada dua kecenderungan yang kita lakukan
menyerah dengan nasib atau bangkit dari ketidakberdayaan.
Saya
yakin teman-teman semua pasti setuju bahwa hidup itu penuh dengan
ujian. Barang siapa bisa menghadi ujian tersebut dengan baik, maka ia
akan memiliki kualitas hidup satu level lebih baik. Sebagai manusia
biasa kita hanya bisa berharap kepada Tuhan supaya kita selalu diberi
kekuatan dalam menghadapi setiap ujian yang diberikan. Termasuk apabila
kita mendapatkan ujian hidup atau masalah yang berat.
Hari
ini saya membaca sebuah artikel di andriewongso.com tentang kisah
seorang barista. Barista itu, sebutan lain
untuk seorang pelayan.
Seorang pelayan? Ya seorang pelayan, namun pelayan ini bukan pelayan
sembarangan. Usianya sudah termasuk senja, sekitar kurang lebih 60
tahun. Sebelum jadi pelayan dia adalah creative director J Walter Thompson Company, sebuah perusahan iklan terbesar di dunia.
Ketika
ia berada di puncak karier, ia di uji dengan ujian yang bertubi-tubi.
Pertama ia dipecat dari perusahaan tempat dia bekerja, setelah itu ia
membangun usaha sendiri, tapi bangkrut. Kemudian ia ditinggal cerai
istrinya dan paling parah ia juga menderita tumor otak. Dalam keadaan
yang seperti itu tidak memiliki siapa-siapa. Hingga akhirnya ia melamar
kerja di sebuah gerai kopi Starbucks sebagai
pelayan. Dirinya mengaku bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan terendah
yang pernah ia lakukan. Namun setelah beberapa hari ia malah menemukan
sesuatu yang beda di gerai tersebut, setiap orang saling interaksi satu
sama lain dengan sangat baik, bahkan ketika ia menghidangkan kopi ke
pelanggan ia merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri dalam hidupnya.
Satu hal lain yang ia temukan adalah kebebasan, yang mungkin tidak pernah ia temukan selama bekerja sebagai creative director
di sebuah perusahaan. Menjadi barista membuat dirinya lebih punya
banyak waktu, sehingga ia mampu membuat sebuah buku yang berjudul How Starbucks Saved My Life. Buku sangat diminati oleh banyak orang. Dari situ ia diundang berbagai instansi untuk mengupas buku dan sharing motivasi.
Menurutnya,
ia telah menemukan pelajaran dalam hidup. "Kehilangan banyak hal
telah membebaskan saya untuk menjadi saya yang sebenarnya.
Pelajaran
apa yang bisa kita petik dari narasi di atas? Menurut saya ada satu hal
“kebahagiaan”. Untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan, kita tidak harus
menjadi orang yang kaya raya. Dalam keadaan apapun kita semua bisa
menemukan kebehagiaan, meskipun dalam kondisi yang terburuk sekalipun.
Sekarang
Anda tidak bisa menolak, bahwa kebahagiaan itu bisa dimiliki oleh siapa
saja, apapun profesinya. Jadi tidak perlu lagi Anda mengeluh tentang
pekerjaan Anda atau kondisi Anda saat ini. Untuk menjadi bahagia Anda
hanya perlu mensyukuri hidup dan melihat segala ujian atau masalah yang
datang sebagai bentuk ujian yang akan mengantarkan kita pada level hidup
yang lebih baik.
Itulah satu pelajaran berharga dari Michael Gates Gill yang bisa kita renungkan. Semoga Anda menemukan kebehagiaan yang Anda dambakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar